Pangkalpinang, Narasibabel.id — Ditengah kontestasi pilkada serentak di indonesia banyak oknum yang menggunakan berbagai cara untuk menjatuhkan salah satu paslon yang kontra.
Hal tersebut juga terjadi di pilkada kota Pangkalpinang, oknum menggunakan isu sara untuk menjatuhkan calon tunggal pilkada kota Pangkalpinang.
Isu SARA (suku,ras,agama dan antar golongan merupakan sentimen diskriminatif menyangkut keturunan, agama, etnis dan kebangsaan atau kesukuan. Banyak konflik yang terjadi akibat dari isu SARA, terutama di media sosial ataupun di Group – Group chat WhatsApp dalam masyarakat multikultural.
Sayangnya, berdasarkan penelusuran media, tindakan yang mengancam kerukunan masyarakat ini di lakukan oleh salah satu pegawai AUM (Amal usaha Muhammadiyah) Bangka Belitung yang berinisial SW.
Dalam kronologis percakapan nya di salah satu grup WA. Seseorang memposting foto calon tunggal wali kota Pangkalpinang ( maulan aklil ) saat bersama umat kristiani dalam sebuah kegiatan di gereja HKBP kota Pangkalpinang.
Postingan itu pertama kali di komentari pemilik nomor kontak WhatsApp berinisial TP diduga salah satu relawan kotak kosong, dengan nada seakan kehadiran molen di gereja itu menyebabkan terjadinya perpindahan agama.
Komentar kedua, datang dari SW diduga di tunjuk kepada maulan aklil yang akrab di sapa molen, yang sengaja di pelesetkan kata lemon dengan menggunakan kalimat yang mengandung unsur SARA, dalam percakapannya tersebut ia menyebut demi kekuasaan menggadaikan segala cara.
Sementara SW dan TP saat di konfirmasi melalui pesan WhatsApp, pada Selasa siang tanggal 29 Oktober 2024, lebih memilih bungkam dan tidak mengklarifikasi tentang percakapan dalam grup WhatsApp tersebut.
Dengan adanya isu yang beredar tersebut korwil FOKAL IMM Babel sangat menyayangkan hal tersebut, apalagi salah satu oknum tersebut secara aktif bekerja disalah satu amal usaha Muhammadiyah.
Didi Firmansyah S.H,M.H, ketua bidang hukum dan advokasi Fokal IMM babel, menyayangkan hal tersebut dilakukan oleh oknum pegawai amal usaha Muhammadiyah, seyogyanya menggunakan medsos lebih bijak karena tindakan ini sangat tidak terpuji di masa pilkada serentak saat ini, apalagi memainkan isu sara dan agama,” tegas Didi
Beliau berharap hal yang serupa tidak terjadi pada kader-kader Muhammadiyah ataupun pegawai AUM yang mengakibatkan citra yang buruk terhadap perserikatan. (IQ)